BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Aplikasi Isotop dalam Bidang Hidrologi
Metode perunut telah banyak dilakukan dalam bidang hidrologi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode penggunaan radioisotop ini dinilai mampu menjawab berbagai persoalan dalam penelitian yang dilakukan.
Penelitian yang telah dilakukan di daerah pegunungan Kamojang, Garut menunjukkan bahwa pada ketinggian yang berbeda, kandungan isotop alam deuterium dan juga oksigen-18 berbeda. Semakin tinggi ketinggian suatu permukaan dari muka air laut, maka kandungan deuterium dan oksigen-18nya akan semakin sedikit dibandingkan dengan daerah yang memiliki elevasi lebih rendah [3].
5 |
Penelitian yang berkaitan dengan aplikasi radioisotop dalam bidang hidrologi juga dilakukan dalam penelitian mengenai pola aliran airtanah untuk menganalisis dan mengetahui darimana asal – usul phospat yang terkandung di dalam Mataair Sumbersari, Malang dengan cara mengenalisis kadar isotop – isotop deuterium, oksigen-18, dan juga isotop tritium yang terkandung dalam sampel mataair yang diambil di sekitar mataair tersebut [8].
Dalam buku Isotope Hydrology A study of the Water Cycle, [9] disebutkan bahwa tritium merupakan isotop berat hidrogen yang memiliki nomor massa 3 (3H) yang bersifat tidak stabil dengan memancarkan radiasi β dengan waktu paro 12,43 tahun [10], dan karena waktu paronya itulah tritium dapat digunakan sebagai tracer dalam studi hidrologi.
II.2. Pencemaran Airtanah oleh bakteri patogen (E.Coli)
Penelitian mengenai pencemaran airtanah telah banyak dilakukan. Hasil penelitian di daerah Banjar Ubung Sari menunjukkan air sumur yang berasal dari air sumur bor tidak mengalami pencemaran oleh bakteri, sehingga air sumur bor dapat dikonsumsi menjadi air minum. Air yang berasal dari sumur gali sebagian besar tercemar oleh bakteri E. Coli dan bakteri Coliforms, sehingga air sumur yang berasal dari sumur gali sebagian tidak boleh dikonsumsi menjadi air minum. Tetapi sebagian besar (82,98%) penduduk Banjar Ubung Sari memakai air dari PDAM untuk kebutuhan sehari – harinya [11].
Limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan baik industri maupun nonindustri dapat menimbulkan gas berbau busuk, misalnya H2S dan amoniak akibat dari proses penguraian material – material organik yang terandung di dalamnya. Selain itu, limbah dapat juga mengandung organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu pengelolaan limbah sangat dibutuhkan agar tidak mencemari lingkungan [11].
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme oleh karena itu bahan buangan ini sebaiknya tidak dibuang ke lingkungan karena akan dapat menaikkan populasi mikroorganisme di dalam air. Perkembangan mikroorganisme di dalam air akan memicu berkembangnya bakteri patogen lainnya yang berbahaya bagi manusia [12].Fitrotun Aliyah
Fast Track 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar