Empat Sikap
Lima Sempurna, Modal Dasar Mahasiswa menjadi Seorang Problem Solver di Era
Globalisasi
(Fitrotun Aliyah, 2010)
Irama hidup manusia itu adalah masalah (problem)
. Seseorang tidak dapat dikatakan hidup, bila tidak pernah menghadapi masalah.
Siapa pun orangnya, tidak akan bisa luput dari masalah. Dari Nabi Adam AS
hingga Nabi Muhammad SAW, timpa-bertimpa masalah yang harus diselesaikannya.
Namun, dengan kiat-kiat khusus, para utusan Allah itu berhasil menyelesaikan (to
solve) masalah-masalah yang dihadapi (Musanif, 2008).
Dengan demikian, kita haruslah menyadari bahwa
hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang dari diri
kita sendiri mau-pun masalah yang datang dari luar kita. Pada kenyataannya masalah tersebut begitu kompleks dan akan selalu
ada selama kita masih hidup dan berinteraksi dengan sesama.
Hidup adalah masalah. Masalah adalah jarak antara keinginan dan kenyataan yang
dihadapi saat ini. Masalah adalah suatu keadaan yang tidak
sesuai dengan harapan yang kita inginkan (Musanif,
2008). Secara
difinisi memang masalah (problem)
merupakan kesenjangan antara das sain (kenyataan) dan das sollen (seharusnya).
Naluri manusia akan mempertahankan hidup dengan mencoba untuk mengatasi segala
masalah (problem) yang dihadapi semampu mungkin . kemampuan ini ditentukan
berbagai factor yang ada pada diri manusia dan lingkungannya (Arifin, 2008).
Sebagai insan biasa, kecenderungan untuk keluar dari lingkaran
permasalahan tersebut akan selalu ada. Kemam-puan kita mempertemukan keinginan dan kenyataan, itulah yang
dinamakan dengan memecahkan masalah . Apalagi
sebagai mahasiswa kemampuan untuk memecahkan masalah dirasa sangat penting
dalam menghadapi dinamaika yang terjadi di era globalisasi sekarang ini. Karena
mahasiswa sebagai agent of change ,
sebagai pembawa perubahan ke arah yang lebih baik, bagi dirinya maupun bangsa
dan Negara.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan
sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi
antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Musanif, 2008). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah
adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefenisikan
sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Problem solving menurut Feldusen (Tassel-Baska
(ed), 1994 ) bahwa “ Problem solving is a comprehensive and complex
set of cognitive operation that probably embracemany aspect of thinkingsubsumed
under other rubrics such as creative thinking, critical thinking, decivison
making and so on”. Pengertian ini memberikan pengertian bahwa problem
solving merupakan penggunaan sebagaian besar pengetahuan dan pemikiran yang
kompreshensif dan komplek, yang meliputi pemikiran yang kreatif dan kritis,
pengambilan keputusan dan lain-lain.
Secara realitas problem solving
tidak cukup hanya pada pemahaman konsep, namun melibatkan proses kegiatan.
Proses problem solving dijelaskan oleh The Mayer Report (Harris
et al., 1997) bahwa “problem soving is defined broadly to include
identifiyingand framing the nature of problem and devising suitable strategies
of response”. Pada garis besarnya dinyatakan bahwa proses problem solving
meliputi mengidentifikasi dan membatasi sifat problem, serta memutuskan
strategi pemecahan yang tepat.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah
keterampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam aspek kehidupannya.
Akan tetapi, keterampilan ini menjadi lebih penting lagi perannya, bila
dikait-kan dengan posisi seorang pemimpin yang melaksanakan tugas-tugas
kepemim-pinannya (Musanif, 2008).
Berdasarkan hal tersebut kita tahu bahwa kaitannya dengan mahasiswa
dimana kedudukan mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan yang akan melanjutkan
estafet kepemimpinan di masa sekarang, kemampuan problem solving menjadi suatu keharusan dan mutlak dimiliki oleh
setiap individu.
Dalam menangani berbagai problem, manusia telah banyak melakukan
proses dengan berbagai cara atau tahapan-tahapan yang bervariasi. Secara
individu maupun kelompok mungkin merasa berhasil dengan caranya sendiri, tetapi
mungkn saja tidak dapat diterapkan untuk orang lain. Model-model tahapan
problem solving telah dikembangkan beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai
berikut (Arifin, 2008):
Pertama yaitu model yang diajukan oleh Rubenstein (Tassel-Baska (ed.),
1994), yang meliputi penggambaran situasi problem pada keadaan awal, formulasi
visi, dan proses atau tindakan untuk memperoleh goal yang telah direncanakan.
Kedua, model yang diajukan oleh Bayer (Tassel-Baska (ed.), 1994). Model
ini merupakan pengemabngan dari model yang sudah dilakukan sejak lama. Tahapan
dari model ini meliputi tahap pengenalan problem, penggambaran problem, tahap
pemikiran atau pemilihan salah satu rencana solusi, pelaksanaan rencana, dan
tahap evaluasi solusi. Ketiga yaitu model yang dikembangkan oleh Bransford
dan Stein (Tassel-Baska (ed.), 1994). Model ini bersifat umum dab telah
digunakan dalam skala lebih luas. Tahapan model ini menggunakan akronim IDEAL
yaitu meliputi :
a)
I = Identify a p[roblem or potential problem (mengidentifikasi problem
atau problem yang potensial)
b)
D = Define, delinate, or clarify the problem (menggambarkan, melukiskan,
atau menjelaskan problem)
c)
E = Explor option or approaches to solving the problem (s)(Mengekplorasi
pilihan-pilihan atau pendekatan-pendekatan untuk memecahkan problem-problem)
d)
A = Act or carry out the planned solution activities (melakukan kegiatan
atau menyelesaikan kegiatan-kegiatan solusi yang telah direncanakan)
e)
L = Look at the effect and evaluate the solution (mengamati efek-efek
dan mengevaluasi solusi)
Model ini mendorong untuk berfikir
divergent atau kreatif menyangkut langkah-langkah dan pekerjaan secara baik.
Model-model
tahapan problem solving diatas dalam
pelaksanaannya memerlukan kemampuan-kemampuan khusus dari problem solver (s), sehingga dapat berhasil dengan baik (Arifin, 2008).
Find report (Harris et al, 1997) telah mengidentifikasi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk problem solving, yaitu meliputi: Analysis, Critical thinking, Creative
thinking, Skill transfer to new concepts, Decision making. Kelima kemampuan tersebut masing-masing ada
kaitannya dengan lima modal dasar sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
mahasiswa sebagai seorang problem solver yaitu positive attitude,
sikap kritis, kreatif, inovatif dan tegas dalalm membuat keputusan.
Berikut ini akan dijelaskan pengertian kelima modal
dasar sifat-sifat tersebut dan pengaruhnya terhadap kemampuan problem
solving bagi mahasiswa.
1.
Positif Attitude
Dalam tulisan Darmawangsa
dan Munadhi (2008: 8) yang dikutip oleh Doddy Faisal Humaini, SE., M.Si.
seorang Pendiri, Direktur, dan Pelatih CARTENZ HRD (Humaini, 2009)
mengungkapkan bahwa sikap merupakan pilihan. Sikap positif dapat dibentuk
bergantung pada faktor-faktor pengondisian seseorang dan membutuhkan waktu
tidak sebentar. Sikap positif tidak dapat dibangun hanya melalui pikiran yang
positif (positive thinking), tetapi
juga perasaan atau emosi yang positif (positive
feeling), serta perilaku yang positif (positive
behavior).
Sebagai
mahasiswa, berpikir positif ditandai dengan adanya sikap adil dan objektif
(tidak apriori terhadap orang atau kelompok lain), toleransi/apresiasi
(menerima dan menghargai keragaman atau perbedaan, termasuk perbedaan
pendapat), dan dapat bekerjasama dengan semua orang (tanpa melihat perbedaan
latar belakang suku, agama, ras, atau golongan).
Sikap
positif dibutuhkan dalam menganalisa suatu masalah. Hal tersebut merupakan
langkah awal dari problem solving. Sikap positif menentukan cara-cara yang akan
dipakai dan tindakan ke depan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Maka
diperlukan suatu pemikiran yang luas, sudut pandang yang tidak hanya melihat
masalah dari satu sisi tapi mempertimbangkan dari segala aspek yang ada.
Orang
yang bersikap positif cenderung menggunakan pendekatan yang netral baik
terhadap orang lain maupun terhadap situasi yang dihadapinya. Mereka cenderung
melihat sisi baik orang lain daripada sisi buruknya, dan berusaha melakukan
sesuatu sebaik mungkin walau dalam situasi yang buruk (Hemi, 2010). Dengan
demikian, mahasiswa yang sungguh bersikap positif tidak sekadar melihat sisi-sisi
negatif suatu hal tetapi sekaligus punya kecakapan menangani sisi-sisi negatif
itu, mempertimbangkan segala hal yang mungkin terjadi dalam problem solving.
2. Sikap
kritis
Menurut
Ennis (Tassel Baska (ed), 1994) bahwa “Critical thinking as follows critical
thinking is reflective and reasonable thinking thats focused on deciding what
to believe or do ”. kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan bagi
problem solver. Berpikir kritis merupakan kekuatan untuk melakukan pelacakan
terhadap segala problem yang dihadapi dengan pertimbangan-pertimbangan yang
logis (Arifin, 2008).
Di
era globalisasi, menjadi orang pintar saja belum cukup. Agar mampu menghadapi persaingan
ke depan, dibutuhkan orang yang mampu berpikir kritis. Pengertian berpikir
kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan mempertanyakan segala
sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik. Bertanya dengan baik
akan memperoleh jawaban yang baik, setidaknya respons yang baik. Dia tidak
bersikap apatis terhadap sesuatu yang tidak beres (Rahardjo, 2010).
Menurut
para ahli, melatih berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara mempertanyakan
apa yang dilihat dan didengar. Setelah itu, dilanjutkan dengan bertanya mengapa
dan bagaimana tentang hal tersebut. Intinya, jangan langsung menerima
mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun datangnya, informasi yang
diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum akhirnya disimpulkan.
Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku hati-hati
dan tidak grusa-grusu dalam menyikapi permasalahan
Ada
pandangan lain untuk meningkatkan sikap kritis. Menurut penelitian para ahli
neurolinguistik, cabang ilmu yang mengkaji bahasa dan fungsi saraf, otak
manusia bisa dilatih fungsi-fungsinya, termasuk untuk melahirkan sikap kritis.
Menurut mereka, otak manusia dibagi dua, yakni otak kiri yang memproduksi
bahasa verbal, imitatif dan repetitif, dan otak kanan yang memperoduksi pikiran
yang bersifat imajinatif, komprehensif, dan kontemplatif. (Rahardjo,
2010).
Sebagai mahasiswa, kesempatan kita untuk melatih
bersikap kritis adalah menanyakan segala sesuatu bagaimana dan mengapa hal itu
terjadi dengan diikuti suatu tindakan yang kreatif.Membiasakan diri selalu
memperbaiki diri karena merasa masih
memiliki banyak kekurangan, disiplin, dan konsentrasi ketika mengerjakan
sesuatu pekerjaan merupakan tanda seseorang memiliki pikiran kritis. Dan,
inilah pintu menuju kesuksesan.
3.
Kreatif
Menurut pengertian dalam Wikipedia, Kreativitas
adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau
hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari
pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap
memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari
kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Berpikir kreatif atau divergent sebenarnya
dimiliki oleh semua orang, namun mempunyai derajat yang berbeda, ada yang pada
tataran tinggi dan yang lain pada tataran rendah (Arifin, 2008). Menurut Mac
Kuinon (Jalaludin Rakhmat, 1988), berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat
yaitu : kreatif dalam memberikan tanggapandan gagasan baru, kreativitas dalam
memecahkan masalah secara realitas, dan kreativitas dalam usaha melakukan
pengamanan yang orisinil, menilai dan mengembangkan sebaik mungkin.
Dalam kaitannya dengan kecakapan problem solving, menjadi kreatif berarti mampu berpikir secara
kreatif, dan itu berarti mempunyai kemampuan menghasilkan gagasan-gagasan
segar, memberi pemecahan dan strategi untuk menghadapi masalah serta tantangan
yang timbul (Helmi, 2008).
Mempunyai ide baru, berani keluar dari kebiasaan dan
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang merupakan pola pikir yang
harus dimiliki oleh mahasiswa sebagai problem solver. Dalam memecahkan masalah,
seharusnya kita juga tidak terpaku dengan jalan keluar maupun ide-ide lama.
Karena Bagaimanapun suksesnya ide tersebut pada waktu yang lalu, belum tentu
akan berhasil lagi pada saat ini.
4.
Inovatif
Menurut Terry (1993), Innovating mencakup
pengembangan gagasan baru, mengkombinasikan gagasan baru dengan yang lama,
mencari gagasan dari kegiatan lain dan melaksanakannya, atau memberi stimuli
kepada rekan-rekan untuk mengembangkan dan mengetrapkan gagasan baru dalam
kegiatannya. Kemampuan ini sangat penting untuk menjelajahi IPTEK yang ada dan
memperkaya alternatif cara-cara pemecahan masalah.
Dalam
artikel Avin Fadilla Helmi yang berjudul Inovasi dan Perilakku Inovatif, pengertian
perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003)
adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan,
dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level
organisasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g.,Axtell
et al., 2000 dalam De Jong & Den Hartog, 2003). Pendapat senada dikemukakan
oleh Stein & Woodman (Brazeal & Herbert,1997) mengatakan bahwa inovasi
adalah implementasi yang berhasil dari ide-ide kreatif.
Dengan
demikian perilaku inovatif mahasiswa dicerminkan pada semua perilaku individu
yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang
bermanfaat dalam berbagai level kehidupan khususnya dalam hal penyelesaian
masalah di era globalisasi.
5. Tegas
dalam membuat keputusan
Griffin
(1990) menjelaskan tentang decision making yaitu sebagai berikut : “Decision
making is the act of choosing one alternative from among a set of alternatives”.
Selanjutya dikatakan bahwa “Thedecision making process include recognizing
and the defining the nature of a decision situation, identifying
alternative,choosing the best alternative and putting it into practice ”.
Kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan untuk problem solving,
karena akan menghadapi berbagai alternatif, baik yang menyangkut problem maupun
cara pemecahannya. Keputusan adalah pemilihan suatu strategi atau tindakan, sedangkan
pengambilan keputusan merupakan tindakan memilih strategi atau aksi yang
diyakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.
Kunci
dari problem solving adalah membuat keputusan. Setelah masalah tersebut
dianalisa dengan melihat dari berbagai sudut pandang serta mempertimbangkan
segala kemungkinan yang terjadi maka langkah terakhir yaitu membuat keputusan
yang sesuai dengan rencana maupun strategi alternatif yang telah dipilih. Dalam
mengambil keputusan, sikap tegas dan tidak plin-plan sangat dibutuhkan karena
hal tersebut berpengaruh pada hasil dan parameter kesuksesan yang akan dicapai
dalam penyelesaian masalah tersebut.
Maka
di era globalisasi sekarang ini, selain memiliki sikap positif, kritis, kreatif
dan inovatif, kemampuan untuk membuat keputusan yaitu bersikap tegas menjadi
suatu keharusan dan menjadi modal dasar dalam menyelesaikan setiap masalah yang
ada.
Daftar pustaka
Griffin,
R. W. (1990).management (3rd ed.). Boston : Houghton Mifftlin
Company.
Harris,
R. et al (1997). Competencies based education nad training : Between a rock
and a whirpool. Australia : Mac Millan Education Australia PTY, Ltd.
Jalaludin
Rakhmat (1988). Psikologi Komunikasi. Bandung : Penerbit Remaja Karya CV
Bandung.
Tassel-Baska, J. Van (Ed.) (1994). Conprehensive
Curriculum For Gifted Learners (Second ed.). Massachusetts: Allyn andBacon
A. Devision of Simon & Schuster Inc.
Terry, G. R (1993). Prinsip-prinsip
Manajemen (Terjemahan dari J.Smith D. F. M.). Jakarta :Bumi Aksara.
Arifin, Miftakhul. 2008. Model Problem Solving dan Kemampuan Problem
Solver (s). Majalah Cultivar. Edisi Februari. 48. (diakses pada 28 Juni
2010) http://kultivar.blogspot.com/2008/02/model-problem-solving-dan-kemampuan.html
Musanif,
Musriadi. 2008. Problem Solving. (diakses
pada 28 Juni 2010) http://musriadi.ohlog.com/makalah-problem-solving.oh38521.html
Helmi,
Syafrizal. 2010. Sikap Positif: Bawaan Lahir atau Bisa dipelajari. (diakses
pada 28 Juni 2010) http://shelmi.wordpress.com/
Rahardjo,
Mudjia. 2010. Melatih Berpikir Kritis.
(diakses pada 29 Juni 2010) http://mudjiarahardjo.com/component/content/169.html?task=view
Hasna,
abi. 2010. Cara Berpikir Kreatif.
(diakses pada 29 Juni 2010) http://www.squidoo.com/cara-berpikir-kreatif
Byrd,
J & Brown, P.L. 2003. The Innovation Equation. Building
Creativity and Risk
Taking
in Your Organization. San Fransisco: Jossey-Bass/Pfeiffer. A
Wiley Imprint.
De
Jong, J & Hartog, D D. 2003. Leadership as a determinant of innovative
behaviour. A
De
Jong, JPJ & Kemp, R. 2003. Determinants of Co-workers’s Innovative
Behaviour: An
Investigation
into Knowledge Intensive Service. International Journal of
InnovationManagement. 7 (2) (Juni 2003) 189 - 212. Diakses melalui EBSCO
Publisher 22 Maret 2005.
Helmi, avin Fadilla. 2008. Inovasi
dan Perilaku Inovatif.( di akses pada 29 Juni 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kreatif
(diakses pada 29 Juni 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi
(diakses pada 29 Juni 2010)
Fitrotun Aliyah
Fast track scholarship 2011
Universitas Gadjah Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar